Tuesday, October 02, 2007

I Lost My Sense of Humour


Pernahkah Anda tertawa sampai terbahak-bahak, terpingkal-pingkal, atau sampai berurai air mata karena saking lucunya? Kalau saya ditanya, jawabannya sering sih tapi dulu. Sekarang saya seperti kehilangan sense of humour.

Untungnya ini terjadi ketika saya melihat tayangan tv, misalnya acara-acara komedi, termasuk acara-acara sahur yang dipenuhi dengan pelawak-pelawak top negeri ini. Kadang-kadang saya terheran-heran sendiri, kenapa melihat tayangan-tayangan “lucu” itu paling banter sekarang ini saya hanya bisa senyum, bisa sih sampai tertawa sedikit hehe, tapi itupun kalau ada teman nonton.

Mungkin benar juga para pakar yang mengatakan bahwa tayangan-tayangan lelucon di tv saat ini cenderung mengekspoitasi gaya-gaya komedi tingkat bawah. Misalnya; mengeksploitasi kekurangan fisik, mengarah ke pornografi, kekerasan fisik, merendahkan para pemirsa, dan sebangsanya. Mungkin inilah penyebabnya.

Kalau mau jujur biar saya sebut saja ya, melihat tayangan Empat Mata Tukul atau sahur, lumayan saya masih bisa tertawa walaupun yang keluar cuma hehe atau hehehe. Tayangan Eko cs di stasiun Ramadhan paling banter saya hanya bisa senyum, terlebih saya cukup ilfeel, ketika masuk kuis yang cenderung menganggap pemirsa itu anak kecil semua, coba deh Anda tirukan “tut tut gud jes.. waw waaw” (iihh apaan sih? Emangnya kita anak TK Budi Asih atau Taman Anggrek Indah?). Ada lagi leluconnya Komeng cs yang cenderung kekerasan fisik, terus apa lagi ya… tayangan TPI masih lumayan lah.


Mungkin juga saya lagi sensi, atau malah lagi banyak masalah. Rasa-rasanya nggak juga, semua masih berjalan normal, aman, dan terkendali. Mungkin saat ini saya jenuh, dan benar-benar butuh sebuah film komedi, yang benar-benar super lucu yang bisa membuat saya terbahak-bahak. Mungkin sih semua itu mungkin.

Pernah suatu ketika saya membaca Kompas dan Kedaulatan Rakyat yang mengupas tentang lawakan TV. Sebelum para pakar pertelevisian menyatakan pendapatnya di koran-koran, saya memang seperti sudah lost my sense of humour. Gawat banget kan? Untungnya saya masih bisa tertawa terbahak-bahak, terpingkal-pingkal, atau sampai berurai air mata, ketika ketemu dengan teman lama, ngobrol dengan teman kerja, atau keluarga. Semoga ini semua segera berakhir dan saya bisa terbahak lagi seperti dulu ketika melihat tayangan si kotak ajaib televisi itu. Haruskah saya atau Anda juga berpuasa nonton tv biar tidak disebut sebagai "budak tv"?

2 comments:

Anonymous said...

saya juga ngerasa gitu,ngeliat tayangan komedi di TV itu dah ga bersemangat lagih.... gimana indonesia mau maju kalo isi tvnya g berkualitas.padahal tv bisa jadi media yang paling besar manfaatnya untuk mengedukasi masyarakat.....pfiuuhhh...

angin-berbisik said...

senang rasanya ,bisa berbagi humor dengan anda...thanks sudi komen di postingan terbaru saya

salam kenal nan hangat

Google