Tuesday, December 17, 2013

Berhati-hati dalam Menasehati Orang Lain

Malam ini kiranya saya ingin berbagi dengan anda para pembaca tempat curhat di manapun berada. Judul tulisan ini "Berhati-hati dalam Menasehati Orang Lain", bukan tanpa sebab saya menuliskan dan mengambil tema ini. Dalam perjalanan hidup menuju 40 tahun ini, entah karena ketertarikan keilmuan yang saya tekuni saat ini, atau entah karena sebab lain, saya merasa harus berhati-hati dalam memberikan nasehat atau semacam anjuran-anjuran kebaikan kepada orang lain. Ambil contoh misalnya ketika saya menasehati istri saya untuk bersabar ketika menghadapi masalah dan jangan emosi, terinspirasi dari sebuah stiker "Sabar kudu kabeh, Kabeh kudu sabar", ternyata sejurus kemudian saya dihadapkan pada masalah yang betul-betul membuat saya mengelus dada, tidak bisa sabar bahkan emosi. Lalu saya menyimpulkan, menasehati, memberikan anjuran atau saran-saran pada orang lain itu sangat sangatlah mudah, tapi melakukannya sungguh suatu yang tidak mudah. Secara gamblang dalam kesempatan ini saya ingin mengatakan mau lebih berhati-hati lagi dalam berbicara walaupun isi pembicaraan itu sebuah kebaikan, misalnya soal kesabaran, menahan emosi, rendah hati, kesetiaan, terlebih tentang sikap-sikap moral yang lain... sungguh sesuatu yang berat. Sejurus memberi keterangan, sejurus kemudian akan diuji oleh tema yang barusan diterangkan. Apakah ini pernah terjadi juga pada anda?

Tuesday, September 17, 2013

Dunia Akal-akalan

Suatu saat sang pejalan bertanya pada sang penunjuk jalan, "Saya bermimpi bertemu dengan Baginda, dalam mimpi itu situasinya sedang perang, tapi anehnya yang menjadi musuh wujudnya seperti kera walaupun mereka manusia. Saya bersama Baginda berada di sebuah tebing, disana ada dua orang tawanan, saya disuruh oleh beliau untuk memotong bagian pinggir telinga kedua tawanan itu dengan gunting, sehingga kalau sudah dipotong bentuknya akan menyerupai telinga manusia bukan telinga kera lagi. Tapi seraya memohon maaf pada beliau saya keberatan karena tidak berani melakukannya. Baginda pun sudah berpesan saat memotong jangan sampai keluar darahnya. Akhirnya yang memotong adalah beliau, dan yang terjadi setelah bagian pinggir telinga itu dipotong (tidak mengeluarkan darah, kedua tawanan itupun tidak terlihat kesakitan sama sekali), perlahan wujud mereka berubah menjadi manusia. Apakah artinya ini?" "Kera itu adalah gambaranmu, gambaran nafsumu, simbol akal-akalan... yang kau sebut Baginda itupun hanya khayalanmu saja" "Astaghfirullahal adzim... jadi begitu" Sang pejalan tertunduk malu dan menyadari segala kesalahan dan kekhilafannya. Dia bertekad akan meninggalkan apa yang sudah dijalaninya selama ini, yaitu melakukan hal-hal yang bersifat akal-akalan. Dia sadar betul jika terus bergumul dalam dunia akal-akalan akan dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga dan orang lain atau mungkin bisa saja merugikan negara. Tahukah anda contoh perilaku akal-akalan??? Contohnya adalah mark-up anggaran, manipulasi proyek, dan segala macam bentuk korupsi yang berakar pada keserakahan. Sayangnya, fenomena ini semakin banyak di negara tercinta ini... yuk mulai dari diri sendiri untuk menghindari akal-akal dan menghentikan dunia akal-akalan.

Selamat Jalan Habib Munzir

Saya belum pernah menlihat secara langsung Habib Munzir yang sudah wafat Minggu 15 September 2013, kemarin. Tapi entah kenapa, membaca apa saja yang telah dilakukannya selama menunaikan tugas di alam dunia ini sungguh sangat menginspirasi, mungkin juga bagi Anda. Beliau dalam tulisan-tulisannya sangat terlihat begitu mendalam dalam mencintai Rosulullah SAW, sehingga beliau bermimpi yang dalam mimpinya bertemu dengan Baginda Rosul sambil bercakap-cakap penuh kesantunan. Kurang lebih dalam percakapannya beliau sudah diberitahu bahwa disaat usianya belum genap 40 tahun, beliau akan dapat terus bersama Nabi Muhammad SAW. Sebelum dipanggil Allah SWT, Habib Munzir sempat menulis kisah mengenai mimpi bertemu Rasulullah Nabi Muhammad SAW di dalam blognya yang beralamat www.majeliskecil.wordpress.com. Dalam blognya tersebut ia mengaku sempat berbincang dengan Rasulullah "Saya sangat mencintai Rasulullah SAW, menangis merindukan Rasulullah SAW, dan sering dikunjungi Rasululullah SAW dalam mimpi, Rasul selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau dan berkata wahai Rasulullah SAW aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa denganMu ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini. Rasulullah SAW menepuk bahu saya dan berkata , "Munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa denganku". Maka sayapun terbangun," tulis Habib Munzir di dalam blognya. Sekilas tentang beliau, Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa atau lebih dikenal dengan Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Almusawa lahir di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 23 Februari 1973. Ia adalah pimpinan Majelis Rasulullah, majelis dzikir terbesar. Demikianlah pembaca blog saya yang baik hati, sekilas tentang kekaguman saya pada Habib Munzir (alm), saya hanya mempertanyakan diri sendiri saja, yang dari dulu mengaku umat Rosul tapi koq belum atau tidak bisa memiliki rasa cinta seperti almarhum kepada Baginda Rosul. Padahal dari kecil sudah menjalankan rukun-rukun pokok ajaran beliau (Rasulullah)kecuali pergi berhaji. Kepergian beliau bagi saya adalah inspirasi dan motivasi hidup, motivasi untuk kembali mengenal Rasulullah yang dikenal sebagai Nabi akhir zaman yang sikapnya penuh kelembutan, pemaaf, dan mengajarkan bagaimana menjadi manusia dalam menjalani dan meniti setiap detik nafas & gerak langkahnya agar selamat di dunia dan akhirat. Selamat jalan ya Habib... semoga menemukan kebahagiaan sejati... Innalillahi wainna Ilaihi roji'un... Allahumaghfirlahu warhamhu wa'fuanhu..

Sunday, March 31, 2013

Tanggapan Soal Kasus Adi Bing Slamet vs Eyang Subur

Akhir-akhir ini santer sekali berita tentang perseteruan antara mantan penyanyi cilik, Adi Bing Slamet dengan seorang pria tua mantan guru spiritualnya yang bernama Eyang Subur. Terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah, para pemirsa seolah dibawa untuk mengikuti arus pemberitaan tentang kasus yang makin memanas tersebut. Diantara penontonpun ada yang membela yang membela atau simpatik terhadap Adi BS, tapi ada pula yang sebaliknya, walaupun sebenarnya mereka tidak tahu persis seperti apa kasus yang terjadi sebenarnya. Hanya saja dari pemberitaan sekilas yang terus-menerus ditayangkan televisi (infotainment) sangat tampak bagaimana Adi BS dan teman-temannya sangat terlihat menyesali apa yang telah mereka kerjakan sewaktu bersama-sama mengikuti nasehat Eyang Subur. Sungguh sebuah ironi, setelah 16 tahun mengikuti ajaran dan perintah-perintahnya, justru sekarang Adi berbalik menyerang dan bahkan menyebut dirinya sudah sesat sesesat-sesatnya. Adi BS, Ibu Subangun, Arya Wiguna tampak begitu marah pada mantan pembimbing spiritualnya, bahkan mereka tidak segan-segan hanya memanggil nama saja (si subur) pada sang eyang yang tidak pernah muncul di media tersebut. Pembaca blog yang budiman, kiranya kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kasus yang sangat mengejutkan ini. Bagaimanapun juga, itu semua berawal dari sebuah kekhawatiran dan kegamangan dalam menjalani hidup di dunia ini. Demi popularitas dan harta yang melimpah, kadang kita lupa dan sedikit nekat keluar dari rel ajaran agama yang sudah dijalankan sejak kecil. Bukan itu saja, kadangkala hanya karena ingin mengetahui hal-hal ghaib kadang seseorang harus menjadi korban dari ketidaktahuannya tentang hal tersebut. Merekapun dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang katanya punya ilmu ghaiblah, punya pasukan jinlah, punya santetlah, mengaku dirinya satria piningitlah, reinkarnasi Raja Brawijaya-lah, punya gudang uanglah, punya bank ghaib, punya kunci harta Bung Karno-lah, pemegang amanah dana revolusi-lah, punya jin entut birut-lah (hehehe) dan sederet predikat lainnya yang kesemuanya itu hanya sebatas mengaku-ngaku dan katanya saja. Hati-hatilah, di bumi Indonesia, khususnya di tanah Jawa ini banyak sekali orang-orang yang mengaku-ngaku seperti itu. Dan parahnya… korbannya tidaklah sedikit (seandainya banyak yang mengaku). Itulah saudaraku, kenyataannya hidup di zaman sekarang. Kadang kita memang lupa bahwa kita ini hidup di zaman yang harus memaksimalkan potensi akal yang kita miliki. Kita manusia, berbeda dengan hewan, kita dianugerahi oleh Allah swt sebuah perangkat yang tidak diberikan kepada makhluk lain, itulah akal. Maka, pergunakanlah rasio atau akal tersebut ketika bertemu dengan orang-orang yang mengaku ini-itu seperti yang tersebut di atas. Jika anda beragama Islam, kembalilah kepada syariat Islam anda, tidak usah Anda mengikuti ritual-ritual yang mereka perintahkan, misalnya harus minum kopi pahit, kopi manis, air garam, melarung kembang melati ke pantai, makan kembang, berendam di air malam-malam (kungkum), menyalakan dupa. Ingatlah saja, tanyakan pada diri sendiri, anda itu orang apa? Kalau hati kecil anda mengatakan, “saya orang Islam” ya sudah hentikan semua itu. Lainnya halnya jika anda orang Kejawen atau kebathinan, memang mereka itu punya ritual-ritual seperti, biarkan saja mereka, tidak usah anda ikuti. Mungkin, ini saja sementara yang dapat saya bagi pada Anda, mudah-mudahan ada manfaatnya. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

Tuesday, February 19, 2013

JOKOWI CALON TERKUAT PRESIDEN RI 2014

Sudah bisa diprediksi calon terkuat Presiden RI 2014 adalah Jokowi. Sosok ini begitu fenomenal, merakyat, dan pemberitaannya di media massa hampir tiap hari. Ya... itulah Jokowi, pria sederhana mantan walikota Solo yang pergerakan popularitasnya di pentas nasional sangatlah step by step dan bisa diikuti oleh rakyat awam sekalipun yang biasa mengikuti berita. Satu syarat lagi yang mesti dia lakukan saat ini adalah dalam memimpin DKI Jakarta. Jika dia berhasil membawa Jakarta ke arah yang lebih baik, maka rakyat akan semakin percaya padanya untuk memimpin Negara besar ini, NKRI. Asalkan, sistem Pemilu yang dipakai masih sistem Pemilu langsung seperti halnya waktu SBY terpilih. PERAN MEDIA Tidak bisa dipungkiri, peran awak media saat ini menjadi penentu bagi seseorang dapat memimpin negeri ini. Maka dari itu, citra positif mesti harus terus ada dan menancap dalam ingatan rakyat pemirsa, pembaca, dan pendengar media massa. Terutama televisi, yang merupakan media audio visual, urutan kedua adalah media cetak. Jika dua media ini sudah bisa "dibeli" maka dapat menjadi kendaraan VIP yang menyenangkan menuju RI1. PEMIMPIN SEBUAH MEDIA BUKAN JAMINAN Coba kita lihat bagaimana seorang Abu Rizal Bakrie (ARB) mengulangi gaya kampanye Amien Rais dengan mendengung-dengungkan ARB for Presiden. Percayalah, hal ini sudah tidak laku, terbukti pada Amien Rais yang tidak berhasil meraih RI1 dengan gaya kampanye "American Style" seperti itu. Bukankah Ical juga boss media? Bagaimana dengan Dahlan Iskan, Surya Paloh, dan Harry Tanoe? Peluang mereka sepertinya tidak begitu banyak untuk capres RI1. Sebenarnya masih banyak yang harus dikupas, tapi kerjaan belum selesai nih... Next time saya sambung lagi ya para pengunjung blog yang budiman.

Sunday, February 10, 2013

Hidup Itu Pelayanan

Sudah berapa lamakah kita hidup di dunia ini? Ada yang menjawab baru 20 tahun, 30 tahun, 40tahun dan seterusnya. Mohon maaf untuk Anda yang usianya jauh di atas saya, silakan luruskan jika pendapat saya salah. Setelah mengarungi hidup kurang lebih 35 tahun ini ternyata hidup itu adalah pelayanan. Kita melayani orang-orang yang ada disekitar kita, apa mau mereka, apa keinginan mereka, kita layani kalau kita memang punya waktu dan ada kemampuan melakukannya. Ada yang minta bantuan tenaga, pikiran, waktu, kalau kita punya ya kita jalankan. Begitulah... lalu kenapa kita tidak mau menolaknya? Loh..kenapa juga menolak, apa alasan kita menolak untuk melayani mereka. Bahkan jika hal ini disadari oleh semua element masyarakat, termasuk semua lapisan dari presiden sampai gelandangan, dari boss sebuah perusahaan sampai yang tugasnya sebagai OB atau jaga malam, semuanya jika punya semangat pelayanan tentu akan melayani dengan baik. Seorang presiden pun ternyata hanya pelayan saja, tapi dalam skala yang besar. Dia melayani apa yang diinginkan oleh rakyat, semestinya begitu. Begitu pula jika seorang sales atau marketing punya jiwa pelayanan, dia pun akan melayani sepenuh hati apa yang diinginkan customernya. Bapak ibu guru di sekolah-sekolah juga sama, pak polisi, para anggota dewan yang terhormat, dokter-suster, orangtua-anak, semuanya timbal-balik saling melayani memberikan yang terbaik dengan sepenuh hati tanpa beban, para motivator pun melayani kliennya sepenuh hati, melayani berbagai pertanyaan dari audience dengan sabar dan lapang dada, lalu para ustadz, romo, bikhu, pendeta, suhu, merekapun sama semangatnya adalah pelayanan. Tidak hanya sampai disitu, semua makhluk hiduppun ternyata kita semestinya memahami apa yang diinginkan mereka sehingga kita sanggup melayaninya. Oh,iya hampir lupa...jangan lupa juga dalam melayani apa yang diinginkan pasangan Anda ya... Semoga rukun selalu.

Tuesday, February 05, 2013

Kunci Banyak Rejeki

Tiba-tiba saya teringat seorang sahabat yang sekarang sudah hidup mapan, sukses, dan tinggal di Jakarta. Sekelebat terlintas kurva kehidupannya yang terus menanjak, walaupun dalam prosesnya ada juga yang tidak semulus seperti yang terlihat atau diperkirakan. Saya sendiri tahu beberapa hal yang tidak mengenakkan dihidupnya, termasuk utang yang banyak pernah dia alami juga dalam berusaha bangkit dari hidupnya. Semua dilakukannya dengan kerja, kerja, dan kerja. Kerja keras, tidur sedikit, dan selalu bergerak, itulah kunci hidupnya. Seringkali dia berbagi dengan kawan-kawannya, orang-orang yang hidupnya secara ekonomi masih dibawahnya, atau dengan para juniornya, sekedar menemaninya bercerita. Itulah sebenarnya kunci sukses seseorang dalam mendatangkan rejeki di dalam hidupnya. Apakah anda terinspirasi? Yang saya ceritakan itu, mungkin juga anda orangnya!

Thursday, January 31, 2013

Kelemahan Terbesar Manusia

Suatu ketika saya menulis kalimat berikut di status Facebook saya "Kelemahan terbesar manusia adalah mengalami apa yang namanya "proses". Termasuk pemikiran, karena pemikirannya saat ini belum tentu sama dengan pemikirannya 1, 2, 5, 10, atau 20 tahun yang akan datang. Maka, jangan terlalu bangga dengan pemikiran saat ini, karena boleh jadi di tahun-tahun yang akan datang pemikiran itu akan dibantah oleh pemikiran sendiri yang sudah berubah dan berkembang." Judul tulisan ini sedikit agak bombastis memang, tapi memang itulah kenyataannya. Tulisan saya di Facebook tersebut sebenarnya bukan ditujukan untuk semua orang, tapi untuk mereka yang suka berdiskusi, bermain kata-kata, dan berbantah-bantahan di ranah publik, termasuk di grup-grup yang ada di FB. Banyak sekali grup-grup di FB yang muncul sebagai tempat adu debat, adu argumen, dan adu kecerdikan plus kecerdasan. Semuanya membuat lupa waktu, kadang kerjaanpun terbengkalai hanya gara-gara mengikuti debat-debat dan tanggapan dari opini kita yang sudah dilontarkan. Ya... semuanya memang mengasyikan dan bikin lupa waktu. Sebut saja grup-grup yang ramai macam grup Blogernas, Kasepuhan Manganthi, Konsep Ketuhanan Yang Hak, Dialog Atheis Indonesia, Bebaskan Bersuara, Sunyata, dan Gerakan Penyempurnaan Bendera Merah Putih. Banyak membernya di grup-grup tersebut yang memang jago berdiskusi, pintar-pintar, dan mencerahkan. Tapi, tetap saja kalau kita mengikutinya dari awal, ternyata semuanya tetap manusia biasa yang tidak terlepas dari PROSES. Maka, tidak sedikit pula yang terkesan tidak konsisten dengan pendapatnya satu minggu, satu bulan atau enam bulan yang lalu. Bagi saya, itu bukanlah bukti bahwa manusia tidak konsisten, tapi merupakan bukti bahwa manusia itu berproses, termasuk dalam hal pemikiran. Singkatnya, pemikiran pun berproses. Maka, kalau ini sudah tahu akan hal ini, selayaknya kita tersenyum saja, jika melihat ada teman-teman di grup-grup yang suka mengotot mempertahankan argumentasinya sampai memaki-maki member lainnya misalnya. Apakah anda termasuk orang yang ada di grup-grup tersebut? Kalau ya, mari kita tersenyum:)

Monday, January 28, 2013

Ujian atau Musibah

Saudaraku para pengunjung blog Tempat Curhat, seringkali kita dalam hidup ini mendapati hal-hal yang kurang menyenangkan, menyesakkan dada, dan membuat pertanyaan besar, sampai-sampai kitapun ingin rasanya menumpahkan semuanya kepada Tuhan, "ya Tuhan sebanarnya ini ujian atau musibah?" Begitulah saudaraku, kehidupan ini tidak selamanya menyenangkan. Roda terus berputar seiring dengan tingkah polah kita. Itu semua harus dijalani, tidak dapat kita tolak, karena sudah menjadi ketentuan-Nya. Diantara semua yang dialami dalam kehidupan itu, kadang kita merasa terperosok ke dalam jurang ketidakjelasan, bahkan lebih tepatnya pada jurang kehancuran. Disaat seperti itulah kita semestinya segera sadar, apakah semua itu ujian atau musibah. Lalu apa bedanya ujuan dengan musibah? Ujian itu lebih dekat kepada perhatian-Nya, kasih sayang-Nya, dan konsekuensi dari niat baik kita yang sudah diikrarkan dalam hati. Misalnya, kita akan berbuat baik untuk keluarga, ditengah jalan kita diuji dengan berbagai macam rintangan. Ada kalanya pernyataan keimanan seseorangpun diuji, pernyataan beriman dari seseorang hanyalah kalimat tak berarti jika tidak diuji kesungguhannya. Semua orang dapat dengan mudah mengucapkan "ya, saya beriman pada Allah, pada malaikat, pada kitab dan seterusnya". Kalau sudah begitu, bersiaplah menghadapi ujian keimanan yang kadarnya sesuai dengan kualitas keimanan seseorang. Jika, kita sadar ada ujian keimanan seperti ini, maka ketika datang ujian, sudah jelas yang kita lakukan pertama kali adalah bersyukur, karena sempat-sempatnya Tuhan menguji kita, padahal makhluk-Nya yang lain sangat banyak jumlahnya. Bukankah ini sebuah kehormatan dan penghargaan yang tinggi? Tapi, memang untuk sadar akan hal tersebut, sangatlah sulit, sayapun demikian adanya. Ketika datang ujian-ujian maka kepada siapa lagi kita bergantung selain kepada-Nya, Allah Tuhan penguasa alam raya dan seisinya. Kepasrahan total kepadanyalah sikap yang semestinya diterapkan dalam hembusan-hembusan nafas kita. Lantas apa itu musibah? Musibah lebih dekat pada buah dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Kesalahan-kesalahan itu berupa dosa pada diri sendiri, pada orang lain, dan makhluk-makhluk Tuhan lainnya, pun kepada alam termasuk binatang, dan pepohonan sekalipun. Musibah itu datang memang sudah saatnya datang, maka dalam keseharian semestinya kita selalu berdoa agar tidak terjerumus pada kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa. Darimana kita tahu bahwa yang kita lakukan itu sebuah kesalahan atau dosa? Tanyalah hati kita. Ketika kita melakukan kesalahan atau dosa, hati nuari kita sesungguhnya tahu. Maka, kebohongan itu sesungguhnya membohongi diri sendiri. Salam pencerahan... Semoga kita termasuk orang yang dapat menyadari mana ujian dan mana musibah. Ketika semuanya sedang kita hadapi, tetaplah optimis, bergerak, dan memohon akan pertolongan-Nya... sabar, nrimo, dan ikhlas, begitulah pitutur para leluhur.
Google