Sunday, March 31, 2013

Tanggapan Soal Kasus Adi Bing Slamet vs Eyang Subur

Akhir-akhir ini santer sekali berita tentang perseteruan antara mantan penyanyi cilik, Adi Bing Slamet dengan seorang pria tua mantan guru spiritualnya yang bernama Eyang Subur. Terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah, para pemirsa seolah dibawa untuk mengikuti arus pemberitaan tentang kasus yang makin memanas tersebut. Diantara penontonpun ada yang membela yang membela atau simpatik terhadap Adi BS, tapi ada pula yang sebaliknya, walaupun sebenarnya mereka tidak tahu persis seperti apa kasus yang terjadi sebenarnya. Hanya saja dari pemberitaan sekilas yang terus-menerus ditayangkan televisi (infotainment) sangat tampak bagaimana Adi BS dan teman-temannya sangat terlihat menyesali apa yang telah mereka kerjakan sewaktu bersama-sama mengikuti nasehat Eyang Subur. Sungguh sebuah ironi, setelah 16 tahun mengikuti ajaran dan perintah-perintahnya, justru sekarang Adi berbalik menyerang dan bahkan menyebut dirinya sudah sesat sesesat-sesatnya. Adi BS, Ibu Subangun, Arya Wiguna tampak begitu marah pada mantan pembimbing spiritualnya, bahkan mereka tidak segan-segan hanya memanggil nama saja (si subur) pada sang eyang yang tidak pernah muncul di media tersebut. Pembaca blog yang budiman, kiranya kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kasus yang sangat mengejutkan ini. Bagaimanapun juga, itu semua berawal dari sebuah kekhawatiran dan kegamangan dalam menjalani hidup di dunia ini. Demi popularitas dan harta yang melimpah, kadang kita lupa dan sedikit nekat keluar dari rel ajaran agama yang sudah dijalankan sejak kecil. Bukan itu saja, kadangkala hanya karena ingin mengetahui hal-hal ghaib kadang seseorang harus menjadi korban dari ketidaktahuannya tentang hal tersebut. Merekapun dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang katanya punya ilmu ghaiblah, punya pasukan jinlah, punya santetlah, mengaku dirinya satria piningitlah, reinkarnasi Raja Brawijaya-lah, punya gudang uanglah, punya bank ghaib, punya kunci harta Bung Karno-lah, pemegang amanah dana revolusi-lah, punya jin entut birut-lah (hehehe) dan sederet predikat lainnya yang kesemuanya itu hanya sebatas mengaku-ngaku dan katanya saja. Hati-hatilah, di bumi Indonesia, khususnya di tanah Jawa ini banyak sekali orang-orang yang mengaku-ngaku seperti itu. Dan parahnya… korbannya tidaklah sedikit (seandainya banyak yang mengaku). Itulah saudaraku, kenyataannya hidup di zaman sekarang. Kadang kita memang lupa bahwa kita ini hidup di zaman yang harus memaksimalkan potensi akal yang kita miliki. Kita manusia, berbeda dengan hewan, kita dianugerahi oleh Allah swt sebuah perangkat yang tidak diberikan kepada makhluk lain, itulah akal. Maka, pergunakanlah rasio atau akal tersebut ketika bertemu dengan orang-orang yang mengaku ini-itu seperti yang tersebut di atas. Jika anda beragama Islam, kembalilah kepada syariat Islam anda, tidak usah Anda mengikuti ritual-ritual yang mereka perintahkan, misalnya harus minum kopi pahit, kopi manis, air garam, melarung kembang melati ke pantai, makan kembang, berendam di air malam-malam (kungkum), menyalakan dupa. Ingatlah saja, tanyakan pada diri sendiri, anda itu orang apa? Kalau hati kecil anda mengatakan, “saya orang Islam” ya sudah hentikan semua itu. Lainnya halnya jika anda orang Kejawen atau kebathinan, memang mereka itu punya ritual-ritual seperti, biarkan saja mereka, tidak usah anda ikuti. Mungkin, ini saja sementara yang dapat saya bagi pada Anda, mudah-mudahan ada manfaatnya. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.
Google