Wednesday, March 12, 2008

NADA MIRING SELALU ADA


Suka musik atau bisa memainkan alat musik, misalnya gitar atau piano? Kalau Anda bisa, pasti tahu, pada tangga nada do,re,mi itu, pasti ada nada yang turun atau naik setengah. Selain kita mengenal nada mayor dan minor, kita juga kenal dengan nada yang turun setengah (mol) dan nada yang naik setengah (kres). Inilah yang disebut dengan nada miring.

Nah, dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar istilah komentar miring atau nada miring. Lebih ilmiah lagi kalau kita menyebutnya dengan istilah kritik yang tidak membangun. Maksudnya, kritik yang ditujukan untuk melemahkan atau menyerang sebuah tulisan, karya, komentar, atau pembicaraan lawan. Sudah barang tentu, jika dilihat dari tujuannya pastilah mengarah ke hal yang negatif.

Contoh dari nada miring ini, banyak sekali kita jumpai di kehidupan sehari-hari, dari mulai contoh kecil, remeh-temeh bin ringan, sampai contoh yang agak berat. Untuk contoh yang kecil-kecil misalnya, Anda sudah bekerja sekuat tenaga dengan hasil yang menurut Anda sudah perfect, cum laude atau maksimal atau sangat memuaskan semua pihak. Tapi, ternyata tanpa diduga teman Anda sendiri malah mengatakan, "hmmm... biasa aja tuh...", atau lebih menohok lagi kalau dia menagatakan, "jelek amat sih...", atau "kurang inilah, kurang itulah...".

Contoh yang agak besar dan berat misalnya terjadi dalam perdebatan calon Presiden AS, antara Obama dan Hillary Clinton. Keduanya terus berusaha untuk menggali sisi lemah lawan politiknya, sehingga berhamburanlah nada-nada miring dari mulut keduanya. Contoh lainnya, ini terjadi ketika UGM kerjasama dengan Kedubes Inggris mengadakan pameran fotografi Islam karya Peter Sanders. Waktu itu yang menjadi pembicara dalam pembukaan pameran adalah; dubes Inggris, rektor UGM, budayawan Cak Nun, dan antropolog UGM Prof. Heddy Ahimsa Putra. Nah, waktu tamu undangan dan media sedang melihat-lihat foto hasil jepretan Peter Sanders, tiba-tiba ada yang nyeletuk dengan nada yang sangat miring, "Ngapain juga Cak Nun mengupas tentang pameran ini menurut persepsi dia, harusnya biarkan saja kita-kita ini sebagai penikmat yang menilai bagaimana foto-foto ini. " Komentar ini dilontarkan seorang bapak-bapak, sepertinya seorang dosen, kepada dua orang mahasiswi yang ada di ruangan pameran, tepatnya di sekitar halaman Masjid Kampus UGM itu.

Coba Anda ingat-ingat, pernahkah Anda mengalami dihujani nada-nada miring? Misalnya soal gaya berpakaian, soal pekerjaan, soal karya yang Anda buat, dan lain sebagainya. Ada saja nada miring itu kan? Beberapa tulisan di blog orang, termasuk blog saya ini (hehehe..), juga banyak yang berisi tentang komentar atau nada miring. Tapi, kita lihat kritik yang disampaikan itu membangun atau sebaliknya, dan jangan salah, ternyata nada miring itu juga bisa menghasilkan uang loh... Lihat saja, disekitar kita, betapa banyak kritikus-kritikus atau komentator-komentator bermunculan untuk berbagai disiplin ilmu. Menakjubkan kan? Dengan mengkritik, mereka bisa terkenal, muncul di tv, jadi selebriti, menjadi tokoh, menjadi idola, jadi ikon, menjadi sukses, bisa jadi juga jadi presiden, atau menjadi banyak uang alias kaya raya.

Sepertinya kita hidup di dunia ini memang harus siap mengahadapi kritik atau nada miring. Ya... apapun yang kita lakukan, apapun yang kita perbuat, nada miring akan selalu hinggap, nada miring akan selalu datang dengan senyumnya yang sinis menawan.
Google