Monday, August 20, 2007

PENGAMEN JADI SATPAM

"Hei... Arma Sebelas !!"
Saya menjawab sapaannya dengan tersenyum, sambil mengingat siapa orang itu.
"Hmmm... Arma Sebelas, radio tempat dulu saya kerja", masih berpikir.
"Heiiiii, saya ingat, dia itu orang yang dulu sering ngamen di bis kota jalur 15, tapi sekarang kemana style pengamennya, kemana topi merahnya, kemana sandal jepitnya, kemana jeans dan kaos oblongnya??? !!"
Semuanya berubah jadi stelan biru tua, gagah dengan sepatu PDH militer.
"Setelah lama di Jakarta, saya sekarang di sini, tuhh di kantor Esia yang bentar lagi mau launching", sambil menunjuk ke arah gedung baru di belakang kami.
Dia dulu sempat cerita mendapat hasil yang lumayan, dengan bekerja sebagai pengamen. Katanya, lumayan untuk menafkahi istri.
"Sekarang anakku sudah dua, mas..." Katanya sambil tersenyum.
Dari seragamnya saya tahu, dia sekarang menjadi seorang satpam di kantor Esia Jogja, persis di belakang warung tenda Soto Pak Marto jalan Diponegoro (yang tempenya khas, gurih dan kering).
Karena sudah delapan tahun tidak bertemu, kami berdua lupa nama masing-masing. Dia menyebut namanya, Ardan. Ya..saya ingat sekarang. Dulu mas Ardan ini, salah seorang pengamen yang sering saya ajak ngobrol. Dia banyak cerita tentang bagaimana kehidupan di jalanan, bagaimana dia bisa berani menikah walaupun masih bekerja sebagai pengamen.
"Orang kalau udah hidup di jalanan, lupa mas... Di jalanan itu dapat uang gampang, rata-rata 50 ribu sehari dapet, jelek-jeleknya 15 ribu laaahhh", katanya delapan tahun yang lalu.
Tidak terasa, dua porsi pesanan soto saya sudah selesai disiapkan Pak Marto. Waktunya pulang, saya menengok ke pos Jaga satpam Esia. Mas Ardan, sang satpam tersenyum dan hormat dengan gaya militer, dan saya pun membalasnya. Nguuung.. saya tancap gas.
Ternyata benar, nasib orang dapat saja berubah, dari pengamen menjadi seorang satpam.

3 comments:

admin said...

everyone can change... untuk berubah memang butuh suatu keberanian, niat en tekad yang bener-bener kuat.... caz sometime pas orang terlalu hanyut dengan 'zona aman' dan 'nyaman'nya, jadi males untuk melakukan perubahan..

Hendra & Bita said...

cerita nya bagush bisa memotifasi orang untuk berubah ke kehidupan yg lebih bagush....

Anonymous said...

Tuh Mas Olish, memang nasib orang siapa yang tahu... Ngomong-ngomong, kok nggak dijadiin lagu aja sekalian pengalamannya????

Tapi,tetep aja ada yang nggak berubah. mau tahu? Contohnya: Pak Eddy, Mbakyu Astri, dan Nuri... he..he..he..

Google